Achmad Sarjono
Achmad Sarjono
  • Feb 17, 2022
  • 5312

Mahasiswa PKL FKM Unair Adakan Penyuluhan Lawan Stunting di Sidoarjo

Mahasiswa PKL FKM Unair Adakan Penyuluhan Lawan Stunting di Sidoarjo
Penyuluhan Stunting di Desa Kalipecabean oleh mahasiswa PKL FKM UNAIR. (Foto: Dokumentasi Pribadi)

SIDOARJO - Mahasiswa Kelompok 21 Praktik Kerja Lapangan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (PKL FKM UNAIR) mengadakan penyuluhan bertajuk Cabean Sehati di Desa Kalipecabean, Sidoarjo. Mengusung slogan ‘Cabean Sehat, Balita Kuat, Stunting Minggat’, program Cabean Sehati merupakan kependekan dari Kalipecabean Sadar Kesehatan Gizi.

Kegiatan yang terdiri atas tiga sub program tersebut diimplementasikan pada Sabtu (12/2/2021). Sub program pertama yakni kegiatan Pandan Kuning yaitu singkatan dari Penyuluhan dan Edukasi Stunting. Kegiatan itu bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan stunting pada masyarakat.

Untuk melengkapi pengetahuan masyarakat desa Kalipecabean, mahasiswa dari angkatan 2019 itu juga memberikan sosialisasi pengolahan makanan dengan gizi seimbang. Acara yang dikemas dalam Sop Degan ini menginformasikan program anjuran Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, yakni Isi Piringku, Gizi Seimbang, serta Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) yang bertujuan untuk memenuhi gizi bayi dan balita.

Tak hanya itu, kegiatan implementasi keilmuan tersebut juga melakukan Demo Masak dan Pengolahan Makanan Bergizi (Dempol Maniz) MP-ASI pada akhir penyuluhan. Menargetkan sasaran kepada seluruh masyarakat Desa Kalipecabean, penyuluhan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran para kader kesehatan, calon pengantin dan juga ibu hamil terhadap stunting.

Seluruh rangkaian kegiatan Cabean Sehati dilakukan secara tatap muka dengan memenuhi persyaratan protokol kesehatan yang ketat, sehingga meminimalisir terjadinya penyebaran virus Covid-19. Gelaran kegiatan PKL juga turut mendukung Sustainable Goals Development (SDG’s) poin ketiga yaitu kehidupan yang sehat dan sejahtera.

Ketua Kelompok 21, Rafi Abiyyu Mukti menyebutkan bahwa desa yang terletak di pesisir pantai ini memiliki potensi yang besar dalam mengatasi permasalahan stunting dan gizi buruk. “Salah satu penyebab stunting adalah pola asupan gizi yang kurang seimbang, hal ini perlu digencarkan terutama dalam penyeimbangan asupan gizi dengan pemanfaatan sumber daya alam lokal atau local wisdom. Mengingat desa Kalipecabean yang merupakan sentra pertanian tambak maka sangat potensial untuk dapat mengatasi permasalahan ini, ” jelasnya.

Rafi berharap adanya kegiatan ini tidak usai saat PKL berhenti, namun juga dapat menjadi program berkelanjutan di Desa Kalipecabean. “Agar dapat menularkan program baiknya di ranah yang lebih luas, sehingga dapat memberi kontribusi menciptakan Indonesia bebas stunting dan gizi buruk, ” ungkapnya. (*)

Penulis : Stefanny Elly

Editor : Khefti Al Mawalia

Bagikan :

Berita terkait

MENU